Duta Besar Amerika Serikat untuk RI Robert O Blake Jr menepis anggapan
bahwa di antara kedua negara tidak lagi ada rasa saling percaya,
khususnya setelah isu penyadapan merebak akhir tahun 2013.
Blake menyebut Pemerintah RI tak perlu khawatir soal isu itu.
Dalam diskusi terbatas di kediamannya, Senin 3 Februari 2014, Blake mengacu pada pidato Presiden AS Barack Obama pada 17 Januari lalu. Dalam pidatonya itu, Obama berjanji mereformasi aktivitas agen intelijen mereka. Menurut Blake, ada poin penting yang perlu diketahui Pemerintah RI.
"Poin pertama, agen intelijen kami tidak mungkin memata-matai warga sipil. Kalaupun ada, maka mereka dianggap merupakan ancaman terhadap keamanan nasional AS," kata Blake.
Poin kedua, dia melanjutkan, agen intelijen AS tidak akan memantau telekomunikasi para pemimpin negara sahabat dan sekutu AS. "Apabila ada pertanyaan tertentu yang ditanyakan Presiden Obama, dia akan menelepon pemimpin negara yang bersangkutan," imbuhnya.
Dia berharap pernyataan Obama itu dapat meredam kegelisahan Pemerintah RI yang sempat gusar dengan isu spionase kemarin. Blake bahkan siap menjelaskan lebih lanjut kepada Kementerian Luar Negeri dan Presiden SBY, bila masih ada rasa saling tidak percaya.
Pada Oktober 2013, harian Australia Sydney Morning Herald, sempat menurunkan sebuah tulisan soal adanya fasilitas penyadapan di dalam Gedung Kedubes AS di Jakarta.
Dalam pemberitaan yang diturunkan SMH disebut Badan Keamanan Nasional AS (NSA) membangun 90 fasilitas Badan Layanan Khusus (SCS) dan menumpang di dalam gedung kedutaan mereka di beberapa negara di berbagai kawasan.
Pemerintah RI berang dengan dengan isi pemberitaan tersebut dan telah meminta penjelasan dari Perwakilan AS di Indonesia, yang dihadiri oleh Kuasa Usaha Kristen Bauer.
Sumber : Vivanews
Blake menyebut Pemerintah RI tak perlu khawatir soal isu itu.
Dalam diskusi terbatas di kediamannya, Senin 3 Februari 2014, Blake mengacu pada pidato Presiden AS Barack Obama pada 17 Januari lalu. Dalam pidatonya itu, Obama berjanji mereformasi aktivitas agen intelijen mereka. Menurut Blake, ada poin penting yang perlu diketahui Pemerintah RI.
"Poin pertama, agen intelijen kami tidak mungkin memata-matai warga sipil. Kalaupun ada, maka mereka dianggap merupakan ancaman terhadap keamanan nasional AS," kata Blake.
Poin kedua, dia melanjutkan, agen intelijen AS tidak akan memantau telekomunikasi para pemimpin negara sahabat dan sekutu AS. "Apabila ada pertanyaan tertentu yang ditanyakan Presiden Obama, dia akan menelepon pemimpin negara yang bersangkutan," imbuhnya.
Dia berharap pernyataan Obama itu dapat meredam kegelisahan Pemerintah RI yang sempat gusar dengan isu spionase kemarin. Blake bahkan siap menjelaskan lebih lanjut kepada Kementerian Luar Negeri dan Presiden SBY, bila masih ada rasa saling tidak percaya.
Pada Oktober 2013, harian Australia Sydney Morning Herald, sempat menurunkan sebuah tulisan soal adanya fasilitas penyadapan di dalam Gedung Kedubes AS di Jakarta.
Dalam pemberitaan yang diturunkan SMH disebut Badan Keamanan Nasional AS (NSA) membangun 90 fasilitas Badan Layanan Khusus (SCS) dan menumpang di dalam gedung kedutaan mereka di beberapa negara di berbagai kawasan.
Pemerintah RI berang dengan dengan isi pemberitaan tersebut dan telah meminta penjelasan dari Perwakilan AS di Indonesia, yang dihadiri oleh Kuasa Usaha Kristen Bauer.
Sumber : Vivanews
No comments:
Post a Comment