Pemerintah Malaysia berencana membeli 18 jet tempur sekaligus untuk memperkuat pertahanan dan memodernisasi armada udaranya. Pembelian jet tempur baru vital bagi Malaysia, sebab skuadron MiG Malaysia akan pensiun pada tahun 2015.
Ini bertepatan dengan peningkatan anggaran pertahanan Malaysia terkait krisis keamanan di Sabah.
Kondisi ini tak pelak membuat sejumlah produsen pesawat tempur dunia berlomba-lomba menarik perhatian Malaysia pada Pameran Dirgantara dan Maritim 2013 di Langkawi, Malaysia. Lihat gegap-gempita dan atraksi aerobatik berbagai jet tempur canggih di pameran itu di tautan video ini.
Dalam Pameran Maritim Langkawi itu, Boeing menghadirkan dua pesawat F/A-18E/F Super Hornet. Jet tempur seharga US$300 juta itu tidak hanya dipamerkan secara statis di lapangan terbang internasional Langkawi. Boeing menampilkan atraksi aerobatik Super Hornet di langit Langkawi. Manajemen Boeing juga menawarkan alih teknologi kepada pemerintah Malaysia jika produk mereka jadi dipilih.
Jet tempur lain yang ikut beratraksi adalah Eurofighter Typhoon. Pesawat hasil kongsi sejumlah negara Eropa dan Timur Tengah ini keandalannya sudah teruji sehingga akan menjadi pesaing berat Boeing dari AS. Namun kendala utama pembelian Eurofighter Typhoon terletak pada harganya yang bisa mencapai US$1 miliar per unit.
Ada pula produsen asal Perancis, Dassault, yang mengusung jet tempur Rafale. Pesawat seharga US$180 juta itu menang dari sisi harga, namun sulit dipilih untuk dibeli. Ini karena baru Perancis sendiri saja di dunia ini yang menggunakan Rafale.
Dua jet tempur lain yang juga tampil pada Pameran Dirgantara Langkawi adalah Sukhoi-35 dari Rusia dan Gripen dari Swedia. Kedua produsen pesawat ini tidak membuka stand resmi di pameran Langkawi. Gripen diwakili oleh Angkatan Udara Thailand yang menampilkan atraksi solo. Produsen Gripen bersedia memberi skema pinjaman kepada Malaysia jika produk mereka dibeli. Satu unit Gripen dihargai US$70 juta. Sementara Sukhoi tak terlalu agresif mendekati Malaysia.
Menteri Pertahanan Malaysia Dato’ Seri Ahmad Zahidi Hamidi mengatakan, pemerintah Malaysia akan memutuskan produk jet tempur yang dipilih setelah pemilu Mei 2013 selesai digelar. (kd)
Sumber : Vivanews
Ini bertepatan dengan peningkatan anggaran pertahanan Malaysia terkait krisis keamanan di Sabah.
Kondisi ini tak pelak membuat sejumlah produsen pesawat tempur dunia berlomba-lomba menarik perhatian Malaysia pada Pameran Dirgantara dan Maritim 2013 di Langkawi, Malaysia. Lihat gegap-gempita dan atraksi aerobatik berbagai jet tempur canggih di pameran itu di tautan video ini.
Dalam Pameran Maritim Langkawi itu, Boeing menghadirkan dua pesawat F/A-18E/F Super Hornet. Jet tempur seharga US$300 juta itu tidak hanya dipamerkan secara statis di lapangan terbang internasional Langkawi. Boeing menampilkan atraksi aerobatik Super Hornet di langit Langkawi. Manajemen Boeing juga menawarkan alih teknologi kepada pemerintah Malaysia jika produk mereka jadi dipilih.
Jet tempur lain yang ikut beratraksi adalah Eurofighter Typhoon. Pesawat hasil kongsi sejumlah negara Eropa dan Timur Tengah ini keandalannya sudah teruji sehingga akan menjadi pesaing berat Boeing dari AS. Namun kendala utama pembelian Eurofighter Typhoon terletak pada harganya yang bisa mencapai US$1 miliar per unit.
Ada pula produsen asal Perancis, Dassault, yang mengusung jet tempur Rafale. Pesawat seharga US$180 juta itu menang dari sisi harga, namun sulit dipilih untuk dibeli. Ini karena baru Perancis sendiri saja di dunia ini yang menggunakan Rafale.
Dua jet tempur lain yang juga tampil pada Pameran Dirgantara Langkawi adalah Sukhoi-35 dari Rusia dan Gripen dari Swedia. Kedua produsen pesawat ini tidak membuka stand resmi di pameran Langkawi. Gripen diwakili oleh Angkatan Udara Thailand yang menampilkan atraksi solo. Produsen Gripen bersedia memberi skema pinjaman kepada Malaysia jika produk mereka dibeli. Satu unit Gripen dihargai US$70 juta. Sementara Sukhoi tak terlalu agresif mendekati Malaysia.
Menteri Pertahanan Malaysia Dato’ Seri Ahmad Zahidi Hamidi mengatakan, pemerintah Malaysia akan memutuskan produk jet tempur yang dipilih setelah pemilu Mei 2013 selesai digelar. (kd)
Sumber : Vivanews
klo malaysia beli pesawat tempur kok tidak tanggung tanggung ya?sekali beli langsung 1 skuadron,mereka tidak takut akan terjadi perlombaan senjata di kawasan ASEAN dan asia.klo negara kita beli kok eceran alasannya khawatir terjadi perlombaan senjatalah..beginilah..gegitulah..capekkkkk
ReplyDeletebiasalah kan lagi dihitung-hitung komisinya sama bisa ngak harganya dimarkup.....
ReplyDeletejangan khawatir bro,,indonasia mau beli SU35 2 skuadron
ReplyDelete18 buah itu udah lebih dari 1 skuadron.1 skuadron itu jumlahnya 12-16 pesawat tempur,jadi 18 buah itu udah lebih dari 1 skuadron
ReplyDelete