Saturday 28 February 2015

Tiongkok Mulai Ancam Dominasi NASA


Sejauh ini, badan antariksa Amerika Serikat memang menguasai industri antariksa. Jika tak ingin disusul oleh kemajuan program antariksa dari Tiongkok, AS diwajibkan berinvestasi untuk program awak dan militer antariksa.

Mengutip laporan Reuters, sidang kongres AS-Tiongkok bertema Economic and Security Review Commission menyatakan bahwa program antariksa China National Space Administration (CNSA) sedang mengejar ketinggalan dari apa yang telah diraih oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA).

Para pakar pada kongres tersebut mengatakan kemajuan pesat Tiongkok dalam teknologi antariksa awak dan militer sudah termasuk di strategi jangka panjangnya untuk membentuk sistem kepentingan geopolitik internasional yang bertujuan meraih dominasi di Asia Pasifik.

Mereka juga melantunkan rasa antusiasnya terhadap eksplorasi ruang angkasa yang sebenarnya telah memudar di AS sejak program Apollo yang mendaratkan awak astronaut di bulan pada 1969 silam.

"Tiongkok kini sedang mengalami tahun 'Apollo'-nya. Tiongkok mendapatkan anggaran sesuai kebutuhan," ujar Joan Johnson-Freese, seorang profesor dari U.S. Naval War College pada sidang kongres.

Sementara pakar teknologi Tiongkok dari San Diego, Kevin Pollpeter mengatakan, ketika anggaran NASA telah dipotong secara substansial, program antariksa CNSA mendapat keuntungan dari ledakan ekonomi negaranya.

"Tiongkok mampu memprogram aktivitas mereka menjadi perencanaan lima tahun dan 15 tahun. Hal ini memberikan mereka tujuan jangka panjang yang harus dipenuhi," tutur Pollpeter.

Kemudian staf organisasi Heritage Foundation, Dean Cheng, menuturkan bahwa industri antariksa AS gagal dalam perencanaan jangka panjang dan sudah terbilang ketinggalan jika dibandingkan dengan Tiongkok.

"Angkatan kerja badan antariksa Tiongkok mungkin jadi yang termuda di dalam industri keantariksaan. Mereka akan bekerja di bidang ini untuk waktu lama. Pada akhirnya inovasi cenderung datang dari orang-orang muda," kata Cheng. 


Sumber : CNN

No comments:

Post a Comment