Tuesday 10 February 2015

Tentara Filipina Akui Potong Jari Tersangka Bom Bali

Tentara Filipina mengisahkan detik-detik kematian Zulkifli bin Hir atau Marwan, pembuat bom yang diyakini terlibat insiden bom Bali 2002 silam dalam penyerbuan ke kota Mamasapano, provinsi Maguindanao, akhir Januari lalu.

Seorang tentara anggota Pasukan Khusus Filipina kepada Inquirer, Selasa (10/2), mengatakan penyerbuan dimulai secara diam-diam ke sebuah gubuk yang diyakini tempat warga Malaysia itu bersembunyi. Namun, seorang tentara menginjak perangkap yang membangunkan Marwan.

"Salah satu tentara di depan saya menginjak perangkap yang dibuat Marwan. Dia bangun. Pasukan pengamannya tiba-tiba siaga. Kami menembaki dia. Tapi dia juga menembak kami dengan M16," kata tentara yang tidak ingin disebut namanya itu.

Saat itu, pasukan Filipina terlibat baku tembak dengan Pejuang Kebebasan Islam Bangsamoro, BIFF, yang dibantu oleh Front Pembebasan Islam Moro, MILF. Sumber Inquire mengatakan bahwa saat itu posisi MILF dan BIFF hanya 30 hingga 40 meter, menembaki sambil tertawa mengejek serta mengancam mereka.

Dia memperkirakan ada lebih dari 300 anggota BIFF dan MILF, berdasarkan senjata dan artileri yang mereka gunakan. Tentara mengaku itu adalah "mimpi buruk" bagi mereka.

"Kita selalu mendapatkan keuntungan di misi-misi sebelumnya. Tapi saat itu, kami benar-benar kalah jumlah. Tapi kami tidak pernah menyerah," kata dia.


Potong Jari

Dalam baku tembak tersebut, Marwan terus berteriak, "Allahu Akbar" hingga kematian menjemputnya.

Komandan pasukan itu Raymond Train awalnya memerintahkan mayat Marwan dibawa untuk diperiksa DNA-nya. Namun sumber Inquire mengatakan hal itu mustahil karena baku tembak hebat tengah terjadi.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk memotong jari Marwan.

"Kami memotong jarinya karena kami tidak punya waktu untuk melakukan pemindaian retina untuk DNA. Kami ditembaki. Kami harus keluar secepatnya," kata tentara Filipina.

Ada dua versi berbeda soal pemeriksaan DNA Marwan. Memotong jari adalah versi kedua, sementara versi pertama adalah tentara memenggal kepala Marwan dipenggal untuk diperiksa DNA.

Kepala Polisi Getulio Napenas, komandan pasukan khusus yang dipecat karena banyaknya korban tewas dalam penyerbuan tersebut, mengatakan versi yang benar adalah memotong jari.

"Jari, jari dari tangan kanan," kata Napenas.

Train langsung membawa jari Marwan ke kamp Awang di Maguindanao untuk tes DNA. Sebelum pergi, tentara memotret jenazah Marwan yang ditinggalkan tergeletak di gubuk persembunyiannya.

Setelah melakukan pemeriksaan DNA, Biro Investigasi Federal, FBI, yakin bahwa jari tersebut adalah milik Marwan, salah satu teroris yang paling dicari Amerika.

Mission Impossible

Misi membunuh Marwan oleh tentara filipina disebut sebagai "Mission Impossible" saking sulitnya.

Beberapa misi penangkapan Marwan selalu dibatalkan sejak tahun 2010, karena berbagai alasan. Pada 24 hingga 25 Januari lalu, adalah waktu yang tepat untuk membekuk Marwan.

Sebanyak 44 tentara tewas dalam pertempuran tersebut, sementara di kubu pemberontak ada 18 orang terbunuh. Sumber mengaku pembalasan dendam paling tepat atas kematian puluhan tentara itu adalah menangkap Basit Usman, anggota Abu Sayyaf dan Jemaah Islamiyah.

"Pembalasan terbaik adalah menangkap Basit Usman. Jika tiba waktunya, kami menangkapnya," kata sumber.  


Sumber : CNN

No comments:

Post a Comment