Friday 23 May 2014

Angkatan Laut AS ‘Mengubah Air Laut Menjadi Bahan Bakar’

Menurut laporan media asing, baru-baru ini, peneliti dari laboratorium Naval Research Laboratory (NRL) AS telah menguji coba suatu kekuatan pendorong baru. 
Tujuan dasar dalam penelitian tersebut adalah menggunakan air laut untuk menghasilkan bahan bakar.
Prinsip penggunaan air laut cukup sederhana, pertama adalah melaluioxidation-reduction reaction atau reaksi redoks, sehingga dengan demikian dapat memperoleh dua gas yang berguna, yaitu hidrogen dan karbon dioksida.
Langkah kedua adalah penggunaan hidrogen dan karbon dioksida untuk membentuk liquid hydrocarbon melalui katalis berbasis besi, namun langkah ini mungkin memakan waktu lama, reaksi katalitik dapat membentuk hidrokarbon berantai panjang.
Hidrokarbon yang dihasilkan ini jelas merupakan energi bersih, produk yang kita dapatkan akhirnya adalah hidrokarbon cair, yang memiliki 6 – 16 atom karbon dalam rantai karbon, ini berarti solusi ini dapat menggantikan sebagian besar bahan bakar jet di dunia, dengan demikian Naval Research AS telah menunjukkan model baru energi masa depan.
Penelitian ini membuktikan bahwa setidaknya kita bisa menggunakan air laut untuk mendapatkan reaktan terkait bahan bakar hidrokarbon. Kunci dari penelitian ini terletak pada katalis, yang menghasilkan rantai karbon pendek hidrokarbon tak jenuh dengan teknik sejenis sintesis FT.
Saat ini US Naval Research Laboratory telah menguji coba "bahan bakar" terkait pada sebuah pesawatnya. Menariknya, mesin yang ada sekarang juga dapat menggunakan bahan bakar tersebut tanpa harus memodifikasi mesin terkait, demikian juga dengan pesawat 
terbang lainnya, bisa dengan mudah membangun saluran penggunaan bersama antara bahan bakar jenis baru dengan bahan bakar minyak pada umumnya. Hal ini juga mengisyaratkan air laut akan menjadi suatu sumber daya yang strategis.
Biaya operasional untuk bahan bakar pada sebuah pesawat jet militer konvensional mencapai 3 dolar AS per galon, namun para peneliti memprediksi bahan bakar dari proses yang baru mencapai 6 dolar per galon, jadi jelas bahwa bahan bakar jenis baru ini tidak mungkin dapat segera menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama.
Teknologi ini kemungkinan besar akan menjadi salah satu energi masa depan untuk kapal. Ini berarti kapal yang berlayar di perairan laut dapat memproses air laut untuk mendapatkan energi, dan secara fundamental mengubah kepentingan strategis dari beberapa pangkalan militer AS.
Apakah teknologi baru yang disebut "mengubah air laut menjadi bahan bakar" ini melanggar hukum konservasi energi ? Dimana maknanya ?
Memperoleh hidrogen dan karbon dioksida (karbon dioksida terlarut dalam air) dari air laut, dan proses sintesis selanjutnya membutuhkan konsumsi energi. Menurut hukum kekekalan energi, energi yang terkandung dalam bahan bakar sintetik baru tidak akan melampaui energi yang dikonsumsi. Karena kehilangan energi saat dalam proses produksi, energi yang terkandung dalam bahan bakar sintetik dipastikan energinya lebih kecil daripada yang dikonsumsi.
Teknologi bahan bakar yang diserap dari air laut ini cukup berarti bagi angkatan laut, sebab bagi kapal perang bertenaga nuklir, energi tidak menjadi masalah, dengan adanya teknologi baru mengubah energi listrik menjadi bahan bakar ini, dapat digunakan oleh kapal berbasis pengangkut atau kapal induk, sehingga meningkatkan secara signifikan kekuatan pendukung dalam perang di lepas pantai.
Sumber : Erabaru 

No comments:

Post a Comment