Tuesday 4 March 2014

Rusia Uji Coba Rudal di Tengah Krisis Ukraina

Di tengah-tengah kemungkinan pecah perang terbuka dengan Ukraina, Rusia melakukan uji coba rudal pada Selasa kemarin. 

Menurut tiga kantor berita Rusia yang mengutip seorang pejabat tinggi pertahanan mengatakan, tujuan dari uji coba rudal tersebut yakni untuk menguji peralatan rudal balistik antar benua.

Dilansir dari stasiun berita Channel News Asia, Rabu 5 Maret 2014, jenis rudal yang diluncurkan yakni RS-12M Topol, yang oleh pasukan NATO juga disebut sebagai SS-25 Sickle dan dapat menjangkau sekitar 10.500 kilometer. Terakhir uji coba rudal jenis itu dilakukan pada 28 Desember 2013.

Menurut seorang pejabat pertahanan Rusia rudal tersebut diluncurkan dari lokasi peluncuran dekat dengan bagian selatan kota Volgograd dengan target di area uji rudal Sary Shagan, Kazakhstan. Area itu memang telah disewa oleh Pemerintah Rusia. Rudal pun sukses mengenai target.

Kendati begitu menurut pejabat pertahanan Rusia, uji coba rudal tersebut hanya untuk memeriksa kemampuan menembus sistem pertahanan rudal mereka.

Sebelum melakukan uji coba rudal balistik tersebut, sesuai dengan perjanjian pertahanan kedua negara, maka pejabat Rusia telah menginformasikan sebelumnya terkait hal tersebut.

Sementara di saat bersamaan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, pada Selasa kemarin menjejakkan kakinya di ibukota Kiev untuk bertemu dengan pemimpin baru Ukraina. 


Dia menawarkan bantuan ekonomi senilai US$1 miliar untuk membantu mengurangi krisis ekonomi setelah subsidi yang diberikan Pemerintah Rusia dipotong menyusul tergulingnya mantan Presiden Viktor  Yanukovich.

Dalam kesempatan itu dia menuding Rusia sengaja mencari alasan untuk dapat melakukan invasi ke Ukraina. Pasalnya, hingga saat ini belum ada indikasi bahwa warga Rusia atau warga Ukraina penutur Bahasa Rusia yang terancam dalam bahaya setelah krisis di Ukraina.

"Jelas bahwa Rusia telah bekerja keras untuk menciptakan sebuah alasan agar dapat melakukan langkah selanjutnya," ungkap Kerry dan dilansir kantor berita BBC.

Sementara itu, kendali Semenanjung Crimea berada di bawah Moskow, khususnya setelah ribuan pasukan yang diduga militer Rusia mulai mengambil alih tempat-tempat strategis di sana pada Minggu kemarin. Para tentara terlihat mengepung pangkalan militer Ukraina dan instalasi lainnya.

Di tempat lain, dua kapal perang Ukraina dilaporkan diblokade oleh sebuah kapal Rusia di Pelabuhan Sevastopol.

Menurut stasiun televisi Ukraina pada Selasa malam, pria bersenjata berupaya untuk mengambil alih rudal anti-pesawat militer di pangkalan militer di Yevpatoria, sebelah utara tepi pantai Sevastopol.

Menanggapi semua tuduhan itu, Presiden Vladimir Putin lantas menggelar jumpa wartawan pada Selasa kemarin dan membantah bahwa Rusia telah menginvasi Crimea. Menurut dia, ribuan pasukan yang saat ini mengepung Crimea bukan tentara militer Rusia, melainkan pasukan lokal yang setia terhadap Moskow.

Mereka melindungi pangkalan militer dari kaum nasionalis dan anti semit.

Putin pun mengatakan, Pemerintah Rusia memiliki hak untuk melindungi warga Rusia dan penutur bahasa itu di mana pun di Ukraina.


Sumber : Vivanews

No comments:

Post a Comment