Friday 28 March 2014

Defence Signal Directorate, Australia: Awasi Musuh via Satelit

Pasca PD II, dunia kembali dilanda ketakutkan, dengan terbaginya dunia menjadi dua blok besar, yakni Blok Barat dan Blok Timur. 

Blok Barat dipimpin oleh AS, sedangkan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet.Timur dipimpin oleh Uni Soviet.
 
Dua  blok  ini  tidak  melakukan peperangan secara terbuka, melainkan  melakukan  perang  intelijen antar  kedua blok,  terutama antara  AS  dan Uni Soviet.

Berbagai  cara  dilakukan  kedua  Negara  dalam  perang intelijen, mulai dari  mengirimkan  agen intelijennya ke Negara  musuh,  merekrut orang – orang lokal asal negara musuh,  sampai  menggunakan  teknologi pesawat dan satelit.

Setelah  Uni  Soviet  bubar  dan perang  dingin  berakhir,  kegiatan memata-matai  negara  lain  dengan  menggunakann satelit tidak begitu sajaberakhir, justru malah meningkat.

Adalah AS, Kanada, Inggris, Selandia  Baru  dan  Australia,negara-negara mantan Blok Barat  yang  bekerjasama  dalam  melakukan  kegiatan  intelijen  dengan  menggunakan  sistem  bernama Echelon.

Kerjasama  ini  dilakukan antar  badan  intelijen,  khususnya intelijen sinyal/signal intelligence (SIGINT).

Kerjasama  penggunaan  satelit mata-mata  antar  negara  ini  telah berlangsung lama dan dirahasiakan, karena  banyak  pihak  yang  merasa keberatan dalam menggunakan  satelit  mata-mata  untuk  mengawasi privasi orang lain.

Pada 23 Mei 1999, Australia secara mengejutkan mengumumkan bahwa  negara  kangguru  ini  telah ambil bagian dari sistem pengawasan  elektronik  global  yang  dapat mencegat  komunikasi  komersial  dan pribadi dan berbagai negara.

Pengakuan  ini,  menjadikan  Negara  asal  suku  aborigin ini menjadi negara  pertama  yang  mengakui bahwa negaranya telah memata-matai  Negara  lain melalui satelit.

Setelah  Australia  mengakui menggunakan  sistem  satelit  dalam mencari  dan  menerjemahkan sinyal intelijen diseluruh dunia, negara-negara yang bekerjasama dengan Australia, akhirnya satu persatu mengakui hal tersebut.

Bahkan, setelah semua negara itu mengakuinya, kerjasama itu semakin meningkat.
Apalagi semenjak insiden  tragedi 9/11, kerjasama intelijen  sinyal  semakin  diperkuat,  dengan memfokuskan  mencari  keberadaan kelompok teroris di berbagai belahan dunia.

Dari  sistem ini juga Australia menyatakan bahwa mereka memiliki  bukti-bukti kuat mengenai keterlibatan TNI dalam berbagai aksi kekerasan di Timor Timur pada 1975 dan pada saat referendum 1999. 

Sumber : Inilah

No comments:

Post a Comment