Saturday 22 February 2014

Kunjungi Kamboja, Menlu Australia Minta Bantuan Tampung Pencari Suaka

Pemerintah Australia meminta bantuan kepada negara yang paling miskin di Asia, Kamboja, untuk menampung sebagian pencari suaka yang berhasil dicegat otoritas Negeri Kanguru.
 
Permintaan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop kepada Perdana Menteri Komboja, Hun Sen pada Sabtu 22 Februari 2014, saat berkunjung ke Kamboja.

Dilansir dari kantor berita Reuters, Pemerintah Kamboja tidak langsung memberi lampu hijau atas permintaan tersebut. Mereka mengatakan akan memikirkan terlebih dahulu permintaan dari Pemerintah Negeri Kanguru. Hal itu, disampaikan Menlu Kamboja, Hor Namhong saat memberikan keterangan pers bersama Bishop.

"Menteri Australia telah meminta Kamboja untuk ikut menampung beberapa pengungsi," kata Namhong.

Di masa lalu, ujar Namhong, banyak warga Kamboja yang melarikan diri ke negara lain. Tetapi, sekarang ini menjadi waktu bagi Kamboja menampung para pengungsi dari negara lain.

Namhong mengatakan bahwa Perdana Menteri Hun Sen akan mempertimbangkan permintaan Australia itu secara serius.

Sementara itu, Bishop tidak secara terang-terangan menyebut permintaan Australia. Ia hanya mengatakan dalam kunjungannya itu, dia dan Pemerintah Kamboja turut membahas berbagai isu termasuk pencari suaka.

Pemerintahan baru Australia yang mulai berkuasa pada akhir 2013, membuat kebijakan keras terhadap para pencari suaka yang berlayar dari Indonesia menuju ke Negeri Kanguru.
 
Beberapa kebijakan yang telah diambil di antaranya mengirim para pencari suaka yang berhasil dicegat ke kamp detensi imigrasi di Pulau Manus dan Nauru, mendorong perahu pencari suaka kembali ke perairan RI, serta memindahkan para pencari suaka ke sekoci penyelamat.

Sekoci itu pun turut digiring ke perairan RI. Akibat kebijakan sepihak tersebut, menyebabkan hubungan diplomatik RI dan Australia kembali tegang.

Kebijakan perbatasan ini turut dikritik PBB dan kelompok hak asasi internasional. Sebab, kamp detensi di Kepuluan Pasifik itu tidak layak huni. Bahkan, seorang pencari suaka dilaporkan tewas dalam sebuah kerusuhan pada Senin lalu. Selain itu, 80 pencari suaka lainnya terluka.

Dilansir dari harian The Guardian Australia, korban tewas diidentifikasi berasal dari Iran bernama Reza Berati. Dia berusia 23 tahun dan tiba di Australia pada 24 Juli 2013.

Menurut Menteri Imigrasi dan Perbatasan, Scott Morrison, keluarga berharap jenazah Berati dapat dikembalikan ke Iran untuk dimakamkan. Akibat tindak kerusuhan itu, tekanan dari Komisi PBB bagi pengungsi (UNHCR) untuk menutup kamp detensi itu semakin kuat. (eh)

Sumber : Vivanews

No comments:

Post a Comment